JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2012 sangat fluktuatif. Kendati demikian, IHSG masih bisa terus mempertajam rekor penguatannya dalam beberapa waktu terakhir ini. Rekor tertinggi IHSG yang paling mutakhir tercipta pada perdagangan, Senin lalu (26/11) yaitu di level 4.375,17.
Hingga akhir tahun ini, IHSG diprediksi masih memiliki energi untuk menciptakan rekor baru. Selain aksi window dressing menjelang tutup tahun, kejelasan penyelesaian ancaman jurang fiskal (fiscal cliff) Amerika Serikat (AS) bakal menjadi amunisi tambahan untuk mengangkat IHSG.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities, optimistis, IHSG masih bisa mencapai level 4.500 di akhir tahun ini, dan terus naik di tahun depan. "Penyelesaian fiscal cliff memang masih menggantung, tapi dalam waktu dekat saya yakin bakal ada titik temu," kata dia.
Ada sejumlah amunisi pendorong kenaikan harga saham di tahun depan. Pertama, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik, yakni mencapai 6,7%. Hal ini mengindikasikan fundamental ekonomi Indonesia masih kuat, meski ekonomi dunia dirundung ketidakpastian.
Kedua, tingkat inflasi diperkirakan tetap berada di sekitar 5%. Ketiga, rasio utang terhadap produk domestik bruto (GDP) Indonesia juga diperkirakan masih cukup aman sekitar 24%. "Saya juga memperkirakan pendapatan per kapita Indonesia bisa meningkat menjadi US$ 3.800. Ini bakal turut menopang sentimen positif bagi pasar saham di tahun depan," tutur Edwin.
Likuiditas dana yang melimpah juga bakal menjadi penggerak IHSG tahun depan. Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, menjelaskan, lonjakan likuiditas di tahun depan itu berasal dari dua hal.
Pertama, imbas dari kebijakan quantitative easing jilid III (QE-III) yang dilakukan oleh The Federal Reserve (The Fed). Pertengahan September 2012, The Fed telah mengumumkan QE-III yaitu program pembelian obligasi berbasis perumahan (debt mortgage) senilai US$ 40 miliar per bulan. Program ini diharapkan bisa menaikkan output AS sebesar 3%.
QE-III juga diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan lebih dari dua kali lipat. Jika skenario ini berhasil, tingkat pengangguran AS bakal turun menjadi 6,7%-7,3% di tahun 2014 dan menjadi 6%-6,8% di 2015. "QE-III seharusnya turut memompa likuiditas pasar saham kita, karena investor asing bakal lebih banyak karena pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik," jelas Satrio.
Likuiditas jelang pemilu
Kedua, lonjakan likuiditas juga bakal didorong oleh faktor persiapan menjelang pemilihan umum (pemilu) 2014. Sesuai siklus, menjelang pesta demokrasi itu, selalu terjadi kenaikan likuiditas di pasar saham. Pihak-pihak yang terlibat dalam pemilu kemungkinan akan memutar dananya terlebih dahulu di pasar saham guna mencari tambahan amunisi.
Berdasarkan beberapa faktor tersebut, Satrio yakin, IHSG bakal mencapai level 5.000 di tahun 2013 mendatang. Sementara, Edwin memilih lebih konservatif dengan memproyeksikan IHSG tahun depan berada di level 4.950.
Janson Nasrial, analis AM Capital, memproyeksikan IHSG bakal menyentuh level 4.850 di tahun depan. Posisi tersebut mencerminkan price earning ratio (PER) sebesar 14 kali. Dengan demikian laba per saham (EPS) bakal meningkat sebesar 24%. "Kenaikan EPS itu ditopang kenaikan earning di sektor perbankan sekitar 29%, semen 20%, dan properti 50%," kata dia.
Perkiraan kenaikan EPS tersebut punya peluang terwujud dengan catatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) masih tetap atau maksimal naik 25 basis poin (bp). Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp 9.250 dan tingkat inflasi ada di kisaran 4% hingga 5%.
Katarina Setiawan, Kepala Riset Kim Eng Securities Indonesia dalam riset prospek tahun 2013 menyebutkan, pertumbuhan konsumsi domestik masih kuat. Terbukti di kuartal ketiga 2012 konsumsi swasta tumbuh 5,7%, tertinggi sejak tahun 2008. Hal ini tentunya didukung tingkat inflasi dan suku bunga yang rendah.
Indikator tersebut akan mendongkrak kinerja emiten. "Kami memperkirakan pertumbuhan laba emiten sekitar 14% di tahun 2013," terang Katarina.
IHSG juga masih berpotensi naik karena valuasi pasar saham di Indonesia masih memungkinkan untuk tumbuh lagi. Katarina memprediksikan, IHSG akan menyentuh level 4.800 di tahun depan. Ini mengindikasikan rasio harga terhadap laba bersih per saham (PER) di 2013 sebesar 13,9 kali. Jadi, tidak perlu pesimistis memasuki tahun depan.