Saham pilihan di tahun ular

Oleh: Yuwono Triatmodjo   |   20 December 2012   dibaca sebanyak 712 kali
Saham pilihan di tahun ular

Memilih saham-saham yang akan berpeluang memberikan keuntungan maksimal di tahun 2013 .

JAKARTA. Memang bukan pekerjaan mudah memprediksi saham-saham yang bakal mencetak kinerja apik di tahun 2013. Namun berkaca dari faktor fundamental serta prospek sektor usaha, beberapa saham terlihat sangat menarik untuk masuk daftar belanja investor.

Nah, berikut ini adalah ulasan terhadap sejumlah saham-saham yang direkomendasikan analis berdasarkan sektor industri;

Perdagangan dan Jasa

Salah satu sektor yang tetap akan berjaya di tahun depan adalah perdagangan dan jasa, khususnya di bidang perdagangan ritel. Ada dua saham sektor ini yang patut diperhatikan saat ini, yakni PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).

Per September 2012, marjin laba bersih MAPI tercatat 5,7% dan ACES di level 12%. Bila dibandingkan dengan emiten perdagangan ritel yang lain, maka marjin laba bersih kedua emiten itu ada diatas rata-rata industri yang hanya 3%.

Berdasarkan riset yang dibuat Jhon Veter dan Kiswoyo Adi Joe dari PT Investa Saran Mandiri, rasio harga terhadap laba bersih per saham (PER) MAPI dan ACES masing-masing di level 26,8 kali dan 33,6 kali. Angka PER itu masih jauh lebih rendah ketimbang PER industri yang mencapai 39,8 kali.
Jhon dan Kiswoyo memberi target harga MAPI Rp 8.700 per saham dan ACES Rp 900 per saham hingga Desember 2013.

Keuangan

Dari sektor ini ada beberapa nama saham gacoan yang sudah tidak asing lagi di telinga para investor. Mereka adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Isfhan Hilmy, analis Sucorinvest Central Gani merekomendasikan beli saham BBCA dengan target harga Rp 9.600 per saham. Price to book value (PBV) BBCA sebesar 3,4 kali, memang menjadi premium dibandingkan rata-rata PBV industri yang 2,6 kali. Tapi, itu akan tertutupi oleh pertumbuhan kredit BBCA yang agresif.

Per September 2012, kredit BBCA naik 34,8% menjadi Rp 237,7 triliun, terutama disumbang oleh kredit konsumsi.

Faktor rasio dana murah (CASA) juga menjadi pertimbangan Isfhan. Berdasarkan catatannya, kini rasio CASA BBCA per September sebesar 80%. Angka ini naik dari periode yang sama tahun 2011 sebesar 78%.

Sementara BBRI dan BMRI dimata Robby Hafil, analis Trimegah Securities, juga prospektif. Ia merekomendasikan beli saham BBRI dan BMRI, masing-masing dengan target harga Rp 9.300 dan Rp 9.800 per saham. PBV BBRI ada di level 2,2 kali, dan BMRI di posisi 2,5 kali. Angka tersebut memang relatif lebih tinggi dari emiten lain, namun masih lebih rendah dibanding PBV BBCA yang sudah 3,5 kali.

Perkebunan

Meski harga komoditas perkebunan mengalami tekanan sepanjang tahun 2012, namun harapan tetap saja ada di tahun 2013. William Simadiputra, analis Trimegah Securities merekomendasikan beli saham PT BW Plantations Tbk (BWPT), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).

Keunggulan BWPT dan LSIP terletak pada pertumbuhan volume produksi. Keduanya diberi target harga masing-masing sebesar Rp 1.800 dan Rp 2.850 per saham.

Infrastruktur

Beberapa saham yang pantas Anda perhatikan dari sektor infrastruktur adalah PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG).

Kinerja JSMR, per September 2012 memang cukup menawan. Laba bersih mereka naik 38,7% menjadi Rp 1,3 triliun dari periode sama tahun lalu.

Adrianus Bias Prasuryo, analis Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan, JSMR tahun ini fokus menggarap lima proyek tol sepanjang 43 kilometer (km). Dua ruas tol diproyeksikan mulai beroperasi pada tahun 2013 dan dua lainnya di tahun 2014. Itu akan memberi tambahan pendapatan bagi JSMR.

Adrianus merekomendasikan beli saham JSMR dengan target harga Rp 6.850 per saham, yang merefleksikan PER tahun 2013 sebesar 25,7 kali dan enterprise value (EV)/EBITDA 14 kali.

Sementara, TBIG per September membukukan kenaikan laba bersih hingga 62% dibandingkan periode sama 2011. Handoko Wijoyo analis Indo Premier Securities dalam risetnya memberikan target harga Rp 6.050 hingga Oktober tahun 2013 dengan rekomendasi beli.

Handoko yakin layanan data trafik internet yang booming menjadi kunci kesuksesan TBIG dimasa yang akan datang. Laju pertumbuhan rata-rata (CAGR) bisnis TBIG diperkirakan mencapai 70%. Kondisi serupa juga melanda emiten penyewaan menara di Amerika yang membukukan CAGR sebesar 74%.

Aneka Industri

Dari sektor ini, yang kemungkinan akan memberikan keuntungan besar adalah unit otomotif yang dihuni oleh PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS).

Frederick Daniel Tranggela, analis dari Trimegah Securitiess memberikan target harga ASII hingga Oktober 2013 di level Rp 9.000 per saham. Sedangkan untuk saham IMAS, dia memberi target di sebesar Rp 6.800 per saham. Dia merekomendasikan beli bagi kedua saham itu.

Salah satu alasannya adalah pergerakan indeks sektor otomotif ini lebih besar hingga 7% dari pergerakan indeks.

Analis BNI Securities, Akhmad Nurcahyadi juga merekomendasikan beli saham ASII dengan target harga Rp 8.150 per saham. Kenaikan uang muka kredit kendaraan bermotor hingga saat ini memang tidak berdampak signifikan bagi emiten otomotif tersebut. Bahkan, ASII per September lalu bisa membukukan kenaikan penjualan kendaraan roda empat sebesar 13,39%.

Properti dan Real Estat

Di sektor ini, Richardo Putra Waluyo, analis Trimegah Securities merekomendasikan beli saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Modernland Realty Tbk (MDLN) dan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA).

Target harga untuk SMRA sebesar Rp 2.300, BSDE Rp 1.800, CTRA Rp 940, MDLN Rp 640, dan KIJA Rp 263 per saham. Richardo memprediksi, emiten properti umumnya akan membukukan rata-rata kenaikan pendapatan dan laba bersih masing masing sebesar 24% dan 28% di 2013.

Hitungan Ricardo, harga saham BSDE dan CTRA sudah terdiskon lumayan. "Itu jika menghitung dari rata-rata harga wajar selama 5 tahun terakhir," tutur Richardo dalam risetnya. Sedangkan SMRA, kata Richardo, ditransaksikan dengan PBV rata-rata lebih besar 0,54 kali dari PBV sektornya.

Sementara, PBV BSDE dihargai lebih mahal 0,04 kali dari PBV industri. Nyatanya, saat ini, PBV BSDE sudah terdiskon 0,41 kali dari rata-rata PBV sektor properti. Begitu pula CTRA yang sudah terdiskon 0,87 kali dari rata-rata PBV sektor properti.

Artikel Lainnya
Data-Data
bawahnya
    Copyright © Kontan.co.id 2012. All rights reserved.
kontan