JAKARTA. Prospek industri di Tahun Ular diprediksi bakal berjalan meliuk-liuk seperti ular. Roda pertumbuhan industri domestik bakal terasa berat bagi para pelaku industri.
Efek krisis global rupanya masih terasa hingga tahun depan. Permintaan produk dari Eropa dan Amerika Serikat diyakini masih bakal turun. Meski, pasar ekspor mulai beralih ke negara lain, toh, peran kedua wilayah tersebut masih cukup besar bagi kalangan industri domestik.
Tantangan dari dalam negeri pun tidak kalah garang. Beberapa kebijakan seperti kenaikan harga gas industri, kenaikan tarif dasar listrik, dan kenaikan upah minimum buruh diprediksi bakal menghambat laju pertumbuhan industri nasional. "Faktor ini cukup krusial," kata Sofyan Wanadi, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).
Memang, tahun ini, pemerintah berencana menaikkan tarif dasar listrik sebesar 15%. Selain itu harga gas industri juga dikerek naik 50% per April 2013, atau menjadi sekitar US$ 9 per mmbtu.
Kenaikan dua komponen produksi itu diyakini bisa menghambat laju pertumbuhan bisnis industri. Dana yang bisa dipakai untuk ekspansi usaha bakal dialihkan untuk menutup beban produksi yang makin meninggi.
Belum lagi soal pasokan gas industri yang masih belum menentu hingga tahun depan. Penyakit yang sudah menahun ini membuat industri keramik dan kaca tidak bisa memenuhi kepasitas produksi secara total.
Sementara kenaikkan biaya energi yang menimpa indsutri hulu, membuat harga produk mereka melonjak sehingga biaya bahan baku di sektor hilir dipastikan bisa membengkak.
Pertumbuhan stagnan
Masih ada lagi faktor penghambat yang tidak kalah penting. Sarana infrastruktur yang masih belum optimal membuat biaya logistik kian mahal.
Natsir Mansyur, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyebut, biaya logistik di Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di Asia, yakni sekitar 17% dari total omzet industri. Bandingkan dengan Malaysia yang cuma 8% atau Jepang yang bisa menekan biaya logistik hingga 5% dari total omzet industri.
Kondisi ini membuat paradigma ekonomi biaya tinggi sulit untuk dihilangkan. Padalah, di 2015, Indonesia bakal menghadapi ASEAN Economic Community. Bila situasi serba susah ini terus dibiarkan, bisa dipastikan, produk dalam negeri bakal sulit bersaing. "Apakah kita mau jadi pasar negara lain?" ucap Natzir dengan nada pilu.
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengakui, masalah infrastruktur bisa menjadi penjegal utama pertumbuhan industri nasional. "Saya cukup puas dengan pertumbuhan industri tahun ini, kecuali sisi infrastruktur," katanya.
Melihat berbagai rintangan yang ada, MS Hidayat hanya berani mematok pertumbuhan industri hingga 7% di 2013.
Padahal, Kementerian Perindustrian sempat menargetkan pertumbuhan industri 2013 mencapai 8%. Artinya, pertumbuhan industri di tahun 2013 bakal sama dengan tahun ini yang diprediksi sekitar 7,05%.
Sofyan menyarankan, kalangan industri tidak usah gencar ekspansi tapi lebih fokus ke pasar dalam negeri.