JAKARTA. Masih ingat rontoknya pasar finansial tahun 2008? Ketika itu, nilai aset investasi terpangkas cepak, bahkan bisa lebih rendah dibandingkan dengan modal investor.
Memang kondisi pasar bisa sangat tak terduga dan bisa mendadak merugikan investor. Begitu pun tahun depan. Oleh karena itu, perlu kecermatan dan ketepatan strategi berinvestasi di tahun depan.
Para pengelola dana dan perencana keuangan punya beberapa resep yang bisa Anda perhatikan. Presiden Direktur Kresna Graha Sekurindo, Michael Steven menekankan pentingnya memiliki pegangan berupa uang tunai untuk mengantisipasi jika terjadi guncangan pada pasar. Sewaktu pasar keuangan turun, Anda pun bisa segera masuk atau membeli aset di harga rendah bila memiliki dana tunai.
Demi menghadapi goncangan yang tiba-tiba datang ke pasar keuangan, Prita Ghozie, perencana keuangan ZAP Finance menyarankan supaya semua tipe investor, baik investor yang konservatif, moderat maupun investor agresif, wajib memiliki emas dan tabungan atau deposito. Tapi, Prita mengingatkan, aset berupa logam mulia masih akan terus fluktuatif sesuai kondisi dan harga pasar.
Untuk mendapatkan imbal hasil maksimal, investor tidak bisa lagi mengharapkan pengembalian dari tabungan atau deposito di perbankan. Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting mengatakan, memang ada indikasi kenaikan tingkat suku bunga. Tapi, itu tidak besar sehingga produk-produk perbankan tidak lagi seksi untuk sarana investasi.
Siswa Rizali, Fund Manager AAA Securities memperkirakan, hasil investasi surat utang negara (SUN) tahun depan hanya sekitar 5,5% (gross). Dengan skenario optimistis harga SUN tetap naik, hasil investasi hanya sekitar 6%-6,5%. Ia menambahkan, gejolak pasar modal tahun depan menciptakan potensi koreksi saham antara 10%-20%. Ia memprediksi, hasil investasi saham relatif rendah di sekitar 8%.
Fadlul Imansyah, Vice President of Investment CIMB Principal Asset Management menimpali, saham masih bisa memberikan return 15%-20% di tahun depan sementara obligasi bisa memberikan keuntungan 7%-8%.
Jangka waktu investasi
Setelah melihat proyeksi imbal hasil tersebut, investor harus mempertimbangkan beberapa hal lain. Perencana keuangan, Rakhmi Permatasari mengingatkan investor untuk memperhatikan kemampuan keuangan, jangka waktu, dan tujuan investasi. "Karena itu penentuan komposisi portofolio investasi dari sudut pandang perencanaan keuangan sangat situasional dan tergantung kondisi keuangan seseorang," kata Rakhmi.
Jangan lupa pertimbangkan kemauan Anda untuk mengambil risiko. Apakah Anda termasuk investor konservatif, moderat, atau agresif. Makin besar toleransi risiko dan makin panjang horizon investasinya, maka investasi risiko tinggi seperti saham dan reksadana saham dapat semakin besar.
Eko menambahkan, investor pun bisa mempertimbangkan alokasi investasi properti. Penghasilan yang meningkat dan suku bunga rendah akan membuat investasi properti semakin menggiurkan. Investasi emas juga dapat mengimbangi komposisi portofolio tahun depan.
Chief Executive Officer QM Financial, Ligwina Hananto menekankan pentingnya menentukan tujuan finansial. Berangkat dari tujuan tersebut, investor tinggal memilih produk yang paling cocok. Untuk investasi jangka pendek di bawah lima tahun, investor bisa memilih instrumen berisiko minim seperti deposito dan reksadana pasar uang.
Untuk jangka menengah 5-10 tahun, Ligwina merekomendasikan instrumen reksadana pendapatan tetap atau emas. Di atas 10 tahun, Ligwina menyarankan investasi dalam bentuk reksadana campuran dan reksadana saham. "Tergantung pada tujuan dan profil risiko investor. Jika tidak mengerti dan tidak mau belajar, maka pilihan yang paling tepat adalah deposito," tegasnya.
Campuran
Mencampur portofolio pun menjadi salah satu langkah strategis investor tahun depan. Presiden Direktur Schroders Investment Management Indonesia, Michael T. Tjoajadi memprediksi, fluktuasi pasar modal tahun depan cukup besar. Tensi politik juga akan naik seiring momentum pemilihan umum.
Dengan kondisi seperti itu, investor akan mengalihkan investasi ke reksadana campuran. Tahun ini saja, beberapa produk reksadana campuran memiliki kinerja yang tidak kalah dari saham. Bahkan, tingkat risikonya lebih rendah. "Prospek capital market bagus dan orang akan mencari alternatif, yakni di balance fund," ujar Michael.
Siswa pun menyodorkan reksadana campuran sebagai alternatif reksadana saham. Ia melihat, reksadana campuran memberikan fleksibilitas alokasi aset. Alokasi aset taktis ini berupa porsi saham bisa dikurangi saat valuasi saham relatif mahal, sedangkan porsi kas dinaikkan.
Sebaliknya, saat pasar koreksi dan valuasi relatif menjadi lebih murah, porsi saham ditambah dan kas dikurangi. Menurutnya, reksadana saham dan campuran akan tumbuh lebih tinggi karena suku bunga dan imbal hasil SUN yang rendah. Direktur MNC Asset Management Suwito Haryatno juga bilang, tahun depan, sebaiknya investor mengambil posisi aman dengan menanam dana 50% saham dan 50% obligasi.
Riki Frindos, Chief Executive Officer Eastspring Investment Indonesia tidak menyarankan investor berinvestasi langsung di saham kecuali memiliki pengetahuan investasi yang cukup mendalam dan kemampuan keuangan memadai untuk diversifikasi. Investasi saham dan obligasi dapat dilakukan secara praktis dan efisien lewat reksadana.
Untuk investasi saham, Siswa menganjurkan investor mengoleksi saham-saham yang berkualitas dengan ciri utang yang rendah, profitabilitas lebih baik dari rata-rata pasar, kinerja stabil, dan valuasi relatif murah dibanding rata-rata pasar.
Michael Steven menambahkan, orang Indonesia harus dapat memanfaatkan proyeksi pertumbuhan Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal. "Jangan nanti ketika pasarnya sudah tinggi sekali, kita baru terkaget-kaget," ujar Michael.