JAKARTA. Sulit menebak kondisi ekonomi di tahun depan. Penyelesaian krisis utang Eropa yang berlarut, kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) yang belum bangkit, dan melambatnya ekonomi China, menciptakan ketidakpastian ekonomi global.
Bila ekonomi dunia masih lesu darah, ekonomi Indonesia pun bakal terimbas. Sekarang pun getahnya sudah kita rasakan yakni ekspor yang melambat karena permintaan yang turun. Nilai ekspor Indonesia juga menurun karena harga komoditas unggulan ekspor juga makin murah.
Tak heran bila di tahun ini, kinerja sejumlah emiten sektor tambang dan perkebunan juga jeblok. Tapi, sejumlah proyeksi menyebutkan, ekonomi Indonesia tahun depan masih bisa tumbuh setidaknya 6,5%. Ini bisa menjadi peluang bagi emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mendongkrak kinerja.
Nah, seperti apa prospek ekonomi berdasarkan sektor usaha di tahun depan, berikut ulasannya:
Perbankan
Sektor perbankan agaknya masih berpeluang tumbuh. Maklum, penetrasi industri bank terbilang masih rendah. Di samping itu, peningkatan pendapatan domestik bruto (PDB) juga akan mengerek kinerja sektor perbankan.
Kepala Riset Kim Eng Securities Indonesia, Katarina Setiawan dalam risetnya menyatakan, faktor-faktor tersebut memberikan ruang bagi pertumbuhan kredit sebesar 22% di 2013.
Katarina berharap, ekses penurunan harga komoditas akan berdampak minim pada besaran kredit macet (NPL) perbankan. Kredit sektor itu diprediksi hanya sebesar 9% dari total pinjaman perbankan.
Memang, kebijakan Bank Indonesia (BI) memperketat pinjaman dan syarat kredit otomotif dan properti, bisa mempengaruhi penyaluran kredit. Tapi, sisi lain ini membantu memperkuat kualitas pinjaman.
Robby Hafil, analis Trimegah Securities memprediksi, tahun depan, pertumbuhan kredit sedikit melambat menjadi 22%. Ini akibat dampak dari kebijakan loan to value (LTV) serta efek penurunan harga komoditas.
Pertambangan
Lemahnya permintaan, membuat harga komoditas tambang masih akan tertekan di tahun depan. Prospek harga batubara, misalnya, masih negatif di tahun depan seiring melorotnya permintaan dari konsumen terbesar yaitu China.
Kondisi ini dinilai bakal menghambat pertumbuhan kinerja keuangan emiten-emiten batubara. "Jika hingga pertengahan tahun harga batubara tidak kembali ke atas US$ 100 per ton, kinerja emiten sektor itu bakal lebih turun," tutur Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia.
Tapi, Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities yakin, sektor tambang, terutama batubara, masih berpeluang untuk bangkit setidaknya di kuartal II 2013. Ini didasarkan pada proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara konsumen batubara seperti China dan India yang bakal membaik.
Properti
Sektor properti masih akan tumbuh tahun depan, karena permintaan masih cukup tinggi. Analis Trimegah Securities, Richardo Putra Waluyo memperkirakan, pada tahun 2013, pendapatan dan laba bersih rata-rata emiten properti bakal tumbuh masing-masing sebesar 24% dan 28%. Hanya saja, kenaikan uang muka (DP) pembelian properti berpotensi menghambat kinerja emiten properti.
Namun, kata Ricardo, emiten properti diuntungkan oleh kenaikan harga rata-rata produk mereka. Semisal, di kawasan Serpong-Tangerang yang mewakili konsumen kelas menengah atas, tahun ini kenaikan harga properti mencapai 31,3% dibandingkan periode sama tahun lalu. Kenaikan harga properti tertinggi di Bekasi sebesar 54%.
Katarina Setiawan, Kepala Riset Kim Eng Securities Indonesia, juga yakin sektor properti masih punya prospek bagus di 2013. Masih tersedianya lahan di Jabodetabek serta rasio kredit kepemilikan rumah (KPR) terhadap produk domestik bruto (PDB) yang hanya 2,5%, membuka ruang sektor ini untuk berkembang.
Industri Dasar & Kimia
Yang masuk dalam industri ini antara lain semen. Menurut Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, emiten semen bakal mendapatkan berkah dari prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi di tahun depan.
Apalagi, tahun depan, pemerintah mulai menggenjot proyek-proyek infrastruktur. Dus, permintaan semen bakal terus meningkat "Sektor ini saya perkirakan bakal paling bullish di 2013," imbuh Satrio.
Berdasarkan catatan Katarina Setiawan, Kepala Riset Kim Eng Securities, volume penjualan semen per Oktober 2012 naik 14,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 menjadi 44,6 juta ton. "Sektor semen adalah penerima manfaat langsung dari proyek infrastruktur," ujarnya.
Tahun depan, permintaan semen bakal lebih tinggi lagi karena banyak proyek infrastruktur dan properti yang bakal digarap swasta maupun pemerintah.