Penampilan bagus, prospek cerah

Oleh: Fahriyadi   |   20 December 2012   dibaca sebanyak 5022 kali
Penampilan bagus, prospek cerah

 Kebijakan pembatasan impor membawa angin segar terhadap bisnis sektor hortikultura.

JAKARTA. Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat, kayu dan batu jadi tanaman... Begitu lirik lagu berjudul Kolam Susu yang dibawakan band legendaris, Koes Plus. Lagu yang ngetop tahun 1973 itu melukiskan betapa ajaibnya negera kita, Indonesia. Kolam susu menggambarkan keindahan alam, iklim yang bersahabat, dan kesuburan Nusantara.

Sebagai negara agraris, Indonesia menyimpang keanekaragaman buah dan sayuran yang terbilang tinggi di dunia. Tapi, dalam perjalanannya, sebutan swarga loka bagi Indonesia perlahan-lahan pupus. Memang, buah dan sayur bermutu jempol sekarang mudah ditemukan, dari mulai pasar emperan hingga swalayan elite.

Tapi, produk hortikultura ini tenyata bukan dihasilkan dari tanah kita. Sebagian besar didatangkan dari negara luar alias diimpor. Ironisnya, buah dan sayuran impor itu lebih diminati ketimbang produk dalam negeri.

Memang miris, negeri kolam susu ini akhirnya justru kebanjiran buah dan sayur yang dikapalkan dari tempat berjaraknya ribuan kilometer yang terpisah laut, pulau dan benua. Asal tahu saja, nilai impor hortikultura saban tahun meningkat karena permintaan dari dalam negeri yang tinggi, akibat kapasitas produksi lokal terbatas.

Data Kementerian Pertanian, pada tahun 2006, nilai impor hortikultura mencapai US$ 600,84 juta, pada 2007 menjadi US$ 787,86 juta, tahun 2008 meningkat menjadi US$ 881,62 juta, dan tahun 2011 sebesar US$ 1,75 miliar.

Tak pelak, di pasar lokal, pelbagai buah-buahan dan sayur-sayuran masuk dari Thailand, China, Amerika Serikat (AS), dan Australia. Sedangkan buah-buahan tropis asal negeri sendiri malah makin terpinggirkan.

Derasnya buah dan sayur asing ini tentu merugikan kelangsungan petani dan pelaku usaha domestik. Di sisi lain, kelestarian buah dan sayur lokal pun dalam ancaman serius, terjajah buah impor. Meski telat, pemerintah akhirnya merespons kegelisahan petani dan pelaku usaha dalam negeri dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian No. 15/ 2012 dan No. 16/ 2012 tentang pembatasan pelabuhan impor hortikultura, pertengahan tahun ini.

Langkah ini menghembuskan angin segar sehingga sektor agribisnis dalam negeri bisa menjadi tuan di rumahnya sendiri. Efek dari kebijakan tersebut diharapkan paling tidak bisa menekan tingkat importasi komoditas sayur dan buah sebesar 30%. Lewat kebijakan ini, petani juga lebih terpacu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi secara kreatif dan inovatif agar kompetitif dalam persaingan global.

Permintaan tumbuh

Sobir, Kepala Pusat Kajian Buah Tropika dari Institut Pertanian Bogor (IPB) memprediksi, tahun 2013, potensi pertumbuhan sektor hortikultura mencapai 25%-30%. Peningkatan jumlah kebutuhan buah juga naik seiring pertumbuhan ekonomi nasional. "Selain permintaan bakal naik, harga juga diprediksi melonjak tahun depan," ujarnya.

Untuk buah-buahan, momentum pembatasan impor harus dimaksimalkan oleh petani lokal dengan mengembangkan komoditas yang cepat menghasilkan seperti jambu, pepaya, dan pisang. Sebab, produk impor selama ini masih seputar komoditas jeruk, apel, anggur, dan pir.

Pekerjaaan rumah yang perlu dilakukan petani bukan hanya meningkatkan produktivitas demi menyokong kebutuhan buah nasional, tapi juga memperbaiki kualitasnya. "Perbaikan kualitas terutama dari sisi penampilan. Sebab, hal itu diperlukan untuk menembus pasar modern dan bersaing dengan buah impor," jelas Sobir.

Ajie Win, pembudidaya tanaman hortikultura dari Citra Karya Tani mengungkapkan, buah-buahan dengan medium cepat seperti pepaya, jambu, dan nanas masih prospektif di tahun 2013. Adapun buah yang musiman masih seputar kelengkeng dan durian. Ajie menyambut baik momentum pembatasan buah impor untuk meningkatkan produkstivitas. "Kualitas juga diperbaiki dengan melakukan standardisasi dan sertifikasi produk yang dihasilkan," ujarnya.

Pengamat Agribisnis, F. Rahardi, optimistis sektor agribisnis dalam negeri tahun depan bakal terus berkembang lantaran permintaan terus tumbuh. "Semua akan berjalan baik asalkan ada yang memproteksi petani kita dari serbuan produk buah impor," tandasnya. Pemerintah adalah pihak yang memegang peran penting di dalamnya. Caranya, lewat pembentukan kelembagaan petani. Langkah ini ditunggu untuk melawan komoditas pangan impor.

Nah, dengan begitu tentunya prospek buah dan sayur bisa makin cemerlang di tahun ular air nanti. Semoga.

Artikel Lainnya
Data-Data
bawahnya
    Copyright © Kontan.co.id 2012. All rights reserved.
kontan