Makanan dan fesyen menjadi pendorong industri kreatif

Oleh: Arif Wicaksono Aryadi   |   20 December 2012   dibaca sebanyak 5975 kali
Makanan dan fesyen menjadi pendorong industri kreatif

Semenjak rezim Orde Baru tumbang dan beralih ke era reformasi, pasar industri kreatif terus tumbuh. Sektor ini menjadi salah satu penyokong pertumbuhan perdagangan Indonesia.

JAKARTA. Semenjak rezim Orde Baru tumbang dan beralih ke era reformasi, pasar industri kreatif terus tumbuh. Sektor ini menjadi salah satu penyokong pertumbuhan perdagangan Indonesia.

Lihat saja, kontribusi industri kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) dalam sepuluh tahun terakhir rata-rata sebesar 7,7% dengan tingkat penyerapan tenaga kerja sekitar 7,76%. Kendati krisis masih melanda Amerika Serikat (AS) dan Eropa, tampaknya hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap industri yang ditopang para pemain usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) itu.

Budyarto Linggowiyono, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang UMKM, Koperasi, dan Industri Kreatif optimistis, sampai akhir tahun ini, pasar industri kreatif terus tumbuh. "Pada tahun 2013, pasar industri kreatif akan tumbuh antara 5%-10%," ungkapnya.

Pemerintah memproyeksikan, nilai pasar industri kreatif tahun depan bisa mencapai Rp 174,3 triliun sampai Rp 182,6 triliun. Jumlah ini naik dari prediksi nilai pasar industri kreatif tahun 2012 yang sebesar Rp 166,6 triliun. Potensi pertumbuhan industri kreatif akan ditopang oleh kualitas sumber daya manusia (SDM), khususnya kalangan anak muda. "Pengembangan industri kreatif harus didukung oleh kreativitas. Jika tidak, produk kita akan sulit bersaing dengan produk-produk asing," terang Budyarto.

Kreativitas, kata Budyarto, akan menghasilkan produk inovatif yang membedakan dengan produk lainnya. Nah, keberanian mewujudkan produk inovasi ini merupakan kunci untuk mendongkrak daya saing di tengah persaingan ekonomi global yang sengit.

Tak kalah pentingnya, Budyarto menjelaskan, pertumbuhan industri kreatif harus dimotori oleh kehadiran badan penelitian dan pengembangan (litbang). "Di luar negeri, peran riset dan teknologi terus berkembang. Selanjutnya, hasilnya dikirim ke industri," ujarnya.

Menurut Budyarto, Indonesia masih belum bisa mentransfer produk dari industri kreatif berbasis UMKM kepada sektor industri. Hal ini akan meningkatkan nilai tambah dari sebuah produk dan meningkatkan nilai jual. Sebab itu, peran pemerintah mau tidak mau menjadi penting dalam pengembangan industri kreatif ini.

Budyarto menambahkan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) harus berperan dalam merangsang kreativitas industri. Kemudian, peningkatan teknologi dan peran indusri bisa diemban oleh Kementerian Perindustrian (Kemperin) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Ambil contoh, Kadin Jepang telah mampu membuat satu kota menjadi pusat pengembangan teknologi informasi (TI). Lewat kota inilah, lanjut Budyarto, produk industri kreatif dikembangkan dan hasilnya dikirim kepada sektor industri agar memiliki nilai tambah. Dalam hal ini, Budyarto menganggap pemerintah kurang maksimal mengembangkan industri kreatif. "Selama ini, industri kreatif berjalan hanya auto pilot dan anak muda menjadi kreatif karena bersifat individu," ungkapnya.

Senada dengan Budyarto, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bidang UKM Kreatif, Yohanes Haryono Daroedono menilai, prospek industri kreatif tahun 2013 sangat menjanjikan. "Tinggal bagaimana pengusaha dan fokus pemerintah untuk memanfaatkan peluang yang ada," ujarnya. Pemanfaatan peluang ini yang diharapkan akan mendukung pertumbuhan peningkatan UMKM dari sebelumnya berkelas mikro, naik menjadi kelas menengah. Dengan begitu, mereka mampu mengerek volume produksi dan nilai perdagangan, khususnya yang berkaitan dengan produk dari industri kreatif.

Kalah tinggi dengan makanan, minuman serta fesyen

Pada tahun 2013, tidak semua sektor bisnis akan tumbuh. Namun, para pengamat bersepakat bahwa ada beberapa sektor usaha yang akan naik lebih tinggi ketimbang subsektor lainnya di industri kreatif. Subsektor tersebut di antaranya makanan/ minuman dan fesyen.

Budyarto mengatakan, sektor produk kreatif dari TI dan games kreatif juga akan mencuri perhatian. Hanya saja, usaha makanan dan minuman memang menjanjikan keamanan berbisnis ketimbang subsektor lainnya. Maklum, bidang tersebut masuk dalam kelompok kebutuhan pokok manusia. Entah itu dunia sedang krisis atau di belahan dunia lain sedang kesulitan, produk ini tetap dibutuhkan oleh banyak orang.

Budyarto memaparkan, sektor makanan dan minuman bersama dengan sektor fesyen berkontribusi sekitar 50% dari pasar industri kreatif. Ini menandakan betapa pentingnya makanan dan minuman terhadap pertumbuhan dan peningkatan daya saing produk industri kreatif dalam negeri.

Sayangnya, Budyarto menilai, usaha ini bakal mendapat tantangan dari produk-produk asing yang membanjiri pasar dalam negeri. "Indonesia memang belum siap menghadapi era perdagangan bebas, namun produk kreatif bisa menjadi penangkal masuknya produk impor," ungkapnya.

Rintangan di sektor makanan dan minuman juga diamini Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani. Akibat tekanan krisis global, pertumbuhan nilai pasar makanan dan minuman tahun 2013 tidak akan jauh beda dengan pencapaian tahun ini yang sebesar Rp 756 triliun atau naik 8% dari tahun lalu senilai Rp 700 triliun. "Angka ini sudah terbilang cukup baik," ujarnya.

Namun, Franky mengingatkan, pelaku usaha industri kreatif harus pandai menyikapi efek dari kenaikan harga, upah pekerja, dan tarif listrik tahun depan, supaya kondisi tersebut tidak menghambat laju bisnis.

Artikel Lainnya
Data-Data
bawahnya
    Copyright © Kontan.co.id 2012. All rights reserved.
kontan