<< menu

Transaksi data nasabah itu memang ada
Transaksi data nasabah itu memang ada

JAKARTA. Banyaknya keluhan tentang layanan pesan singkat (SMS) penawaran kredit tanpa agunan (KTA) membuat banyak pihak penasaran. Dari mana sales ini memperoleh data atau nomor seluler nasabah? KONTAN berusaha menelusuri SMS – SMS tersebut.

Berikut adalah contoh SMS yang diterima KONTAN :



Kepada Yth, kami menawarkan KTA dengan penawaran:
Bunga : 1,5% per bulan
Provisi : 0,99%
Hanya fotokopi KTP dan credit card
Jika berminat hubungi GT* 0812833XXXXX/0832785XXXXX
Bila mengganggu mohon abaikan

 

Dari beberapa SMS yang diterima redaksi, KONTAN memberikan tanggapan dengan me-reply : "Iya, saya tertarik dengan penawaran KTA ini,". Tak sampai satu menit SMS dikirim, telepon pun masuk dari nomor yang sama. Dengan lugas, si sales menjelaskan ketentuan apa saja yang harus dipenuhi calon debitur maupun keuntungan yang bisa diterima.


Sales pertama yang diwawancara mengaku dari bank DBS Indonesia cabang Harmoni. Dia mengaku sebagai karyawan tetap DBS dan sudah bekerja selama 1 tahun menjajakan SMS KTA. "Jangan takut tertipu, kami benar-benar dari DBS, persyaratannya tidak ribet. Bisa langsung cair," ujarnya membujuk.

Tapi, ketika si sales ditanya bagaimana bisa tahu nama nasabah dan dari mana mendapatkan nomor telepon untuk dihubungi, ia mengelak dan mengaku tak mengetahui nama yang dihubungi. "Saya cuma dapat nomor hand phone dari atasan saya, nomor ini tidak boleh keluar dari kantor," jelas GT.

Informasi lebih lengkap KONTAN dapatkan dari BY* sales yang mengaku dari Standard Chartered Bank. Berpura-pura tertarik menjadi sales yang ingin menawarkan jasa menjajakan KTA, KONTAN langsung diberi rekomendasi daerah Harmoni. "Datang saja ke Harmoni dekat Carrefour, nanti saya tunjukkan. Banyak kok di sana," ujar BY.

Di harmoni inilah, tepatnya di Duta Merlin data nasabah diperjualbelikan sekaligus sebagai tempat pendaftaran agen KTA. Tak sembarangan orang bisa menjadi sales KTA ini. BY menerangkan ada koordinator sekaligus yang memberikan bekal pengetahuan tentang bank pengguna jasa sekaligus tentang produk KTA yang ditawarkan. "Cuma pengetahuan dasar, tapi prosesnya tak rumit kok," ujarnya kalem.

Harmoni sekaligus menjadi tempat transaksi nomor seluler pelanggan. Menurutnya, harga per nomor seluler bervariasi antara Rp 75 hingga Rp 150.

Deffy Lisa Hardjono, Head of Group Strategic Marketing & Communications, DBS Indonesia menyanggah hal tersebut. "Rumah DBS di Duta Merlin adalah loan centre pusat proses aplikasi produk pinjaman tanpa agunan kami. Ini adalah basis bagi tenaga penjual DBS mendapat pelatihan menyeluruh dan bertemu dengan nasabah potensial yang datang dan membutuhkan produk pinjaman tanpa agunan kami," bantah Deffy.

DBS memastikan bahwa cabang Duta Merlin tersebut bukan merupakan tempat transaksi data nasabah. "DBS senantiasa memastikan bahwa setiap tenaga penjual kami melakukan penjualan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kami akan menindak tegas tenaga penjual yang melakukan pelanggaran peraturan dalam menjual produk bank. Bank DBS Indonesia memiliki peraturan yang sangat ketat dalam menjaga kerahasiaan data nasabah," jelas Deffy panjang lebar.

BY menceritakan, penyedia nomor seluler tersebut bisa menjual data tersebut ke puluhan calon sales. Dalam satu hari, BY bisa mengirim penawaran KTA sekitar 100. "Setiap hari berubah-ubah nomor yang kita tuju, tapi penjual hanya menjual nomor tanpa nama pelanggan," terang BY.

Harga nomor baru seluler rupanya mempermudah dan meringankan para sales. Apalagi rata-rata operator seluler memasang tarif bersaing soal harga SMS. "Kan ada yang ngirim 10 gratis 100, enggak modal dengkul amat. Rp 50 ribu udah dapet nomer baru plus isi ulang. Murah," ujar BY.

Sales lain yang ditemui KONTAN dengan inisial BD mengatakan, sebetulnya tak sulit mendapatkan data nasabah. "Banyak sekali, dari berbagai sumber," ujarnya. Menurutnya, para sales ini sebetulnya tak hanya menawarkan KTA saja, tapi sekaligus menawarkan agen penjualan voucher pulsa seluler. "Tapi saat ini yang sedang ramai adalah KTA," aku BY.

Suka duka penjaja KTA

Kita tilik masing-masing cerita para sales ini. Mulai dari kesenangan yang mereka peroleh hingga seapes-apesnya nasib penjual jasa tenaga jempol tangan ini. BY menceritakan, saat pertama kali menjajakan KTA, dalam satu hari biasanya ia batasi antara 100 target nasabah. "Jempol enggak kriting lah, kan tinggal forward," kata dia enteng.

Biasanya, dulu saat pertengahan 2010 nasabah yang merespon cukup banyak. "Mungkin mereka tertarik dengan persyaratannya yang lumayan tak ribet," ujarnya.

Setiap respons nasabah yang berlanjut menjadi aplikasi pengajuan KTA, BY bisa mendapatkan fee sebesar Rp 10 juta. "Itu hanya dari satu nasabah yang berhasil digaet. Dengan catatan pengajuan kredit minimal mencapai Rp 100 juta," ujarnya. Tapi jika pengajuan kredit tersebut di bawah Rp 100 juta, fee yang diterima pun ikut terpangkas. "Bervariasi, jarang sekali tetap. Itu hanya nilai patokan saja," kata dia.

Saat masih booming, dalam satu hari, ia bisa menjaring rata-rata dua nasabah. Artinya, upah yang ia terima mencapai Rp 20 juta dalam waktu sehari. Jumlah yang cukup menggiurkan tentunya.

Sehari-hari BY mengaku bekerja sebagai agen yang juga menjual asuransi. Lantaran upah yang menggiurkan, ia pun tertarik ajakan teman. "Teman saya juga banyak yang menjadi agen," ujarnya.

Namun, saat akhir 2010, para agen mengaku melakukan panen raya. "Wah bervariasi sekali, tapi minimal bisa 2 nasabah saban hari," kata AW*, sales KTA lainnya.

Tentu saja tak setiap hari para penjaja ini berhasil merangkul nasabah. "Kalau sepi ya kita sampai tak menerima respons berhari-hari," kata AW, agen sales lainnya. Artinya, tanpa pengajuan aplikasi oleh nasabah, mereka tak mendapatkan penghasilan sepeser pun.

Paling apes adalah tak ada aplikasi yang masuk tapi nasabah menelepon balik sambil marah-marah. "Biasanya mereka tanya dari mana mendapatkan nomor tersebut. Mereka bilang merasa terganggu," kata AW. Tak mau terpancing, biasanya sales ini hanya meminta maaf.

Sedangkan cerita lucunya adalah, si sales ini juga pernah menjadi korban target penawaran. "Saya pernah dapat penawaran yang sama, dari bank yang sama. Biasanya saya cuma senyum-senyum sendiri," kenang AW..

Sekarang, setelah Bank Indonesia (BI) gencar menegur bank yang masih menggunakan jasa sales untuk menggaet nasabah, pendapatan sales ini terpangkas. "Susah sekali dapat aplikasi, katanya bank sudah mulai di pukul oleh regulator. Selain fee yang dipangkas, nasabah yang merespons juga jarang," kata BY.

Tapi, BY mengaku tetap masih mengirimkan SMS tersebut meski jumlahnya berkurang. "Paling rajin tiap weekend," ujarnya blak-blakan.

Keterangan : *) nama disamarkan

Rabu, 09 Maret 2011, 7:27 AM Oleh Dyah Megasari