<<menu

Teror KTA yang bikin gerah
Teror KTA yang bikin gerah

JAKARTA, Siapa yang tidak tergiur dengan tawaran mendapatkan dana tunai tanpa pakai repot? Cukup dengan bermodalkan KTP dan kartu kredit, Anda bisa segera mengantongi uang tunai. Penawaran kredit tanpa agunan (KTA) melalui pesan singkat (SMS) memang bak angin segar bagi calon debitur yang butuh dana cepat.

Tapi SMS penawaran KTA ini makin lama makin menjengkelkan, datang bertubi-tubi tak mengenal waktu dan tempat. SMS yang sudah boleh dibilang spam ini datang setiap hari memenuhi inbox handphone . Kalau pernah merasakan hal ini, Anda tidak sendiri.

Sebut saja Kurnadi Gularso Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Walau pekerjaannya setiap hari sudah banyak, dalam beberapa bulan terakhir ini Kurnadi terpaksa mendapatkan pekerjaan tambahan setiap harinya, yaitu menghapus SMS penawaran KTA yang masuk ke dalam inbox handphonenya.

Menurut Kurnadi, sebelum Bank Indonesia menyediakan nomor pengaduan dan menegur bank yang bandel, ia bisa menerima SMS penawaran KTA setiap hari. "Rata-rata tiga kali sehari, bahkan bisa lebih. SMS yang penting jadi sering tertumpuk, kita kerepotan kalau harus mencari-cari lagi," keluh Kurnadi.

Celakanya lagi kalau Kurnadi pergi ke luar negeri. SMS maupun panggilan yang tidak diundang ini bisa menguras pulsanya. "Pulsa sering berkurang karena roaming. Sangat merugikan, lama-lama memang makin menjengkelkan," ujarnya.  Maklum saja tarif roaming memang tidak murah. Ambil contoh Simpati, operator ini menetapkan tarif  roaming Rp 28.000 per menit untuk setiap pelanggan yang menerima panggilan di Amerika Serikat.

Ariavita Purnamasari Communication Analyst dari International Finance Corporation (IFC) kerap mengalami nasib yang sama. Di tengah rapat, mendadak saja smartphonenya berdering-dering. "Hallo, siapa ini? KTA? Bank asing apa ya? Dari mana Saudara tahu nomor saya?" tanya perempuan yang akrab dipanggil Vita ini.

Penawaran KTA memang tak melulu datang melalui SMS. Para agen penjual ini tak segan-segan menelepon para target debiturnya. "Untung telepon siang hari, kalau pagi atau malam sudah pasti lebih mengganggu lagi," ungkap Vita yang geram menyadari nomor selulernya bisa tersebar di kalangan agen penjaja KTA.

Selain mereka, David Cornelis Praktisi Pasar Modal pun jengkel dengan berbagai penawaran KTA. "Yang disayangkan bocornya nomor hand phone ke pihak lain," ujarnya. Walau sebenarnya ia tak kaget dengan SMS KTA yang terus membanjiri handphonenya. "Kemungkinan ada semacam cross selling data nasabah," kata David berusaha menebak.

Korban penawaran SMS KTA lainnya adalah Andi M. seorang karyawan perusahaan swasta yang bisa menerima 5-8 SMS setiap hari. "Tak hanya dalam satu telepon seluler yang saya terima, tapi di seluler saya yang lain dengan operator berbeda juga dikirimi," ujarnya.

Andi memang mengaku sering memberikan nomor-nomor ponselnya untuk memesan makanan delivery (delivery order), undian di beberapa pusat perbelanjaan, atau membuat kartu belanja maupun kartu kredit di pusat perbelanjaan.

Waktu pengiriman SMS ini memang cukup bervariasi. Tapi biasanya, para korban menerima SMS paling banyak saat-saat memasuki jam kerja yaitu sekitar pukul 8 hingga 10 pagi. "Selebihnya bervariasi, kadang saat jam makan siang," jelas Andi.

Menurut Andi, SMS yang diterima saat jam kerja masih bisa ditolerir. "Kalau sudah malam atau dini hari ya jelas lebih mengganggu. Kadang deg-degan, siapa tahu ada kabar penting dari keluarga jauh," lanjut Andi.

Di sisi lain, menurutnya hal tersebut bisa membantu nasabah yang sedang mencari KTA. "Tapi sebaiknya bisa dilakukan dengan cara lain," jelasnya.

Sudah mulai berkurang

Sebagai wasit perbankan, akhirnya Februari tahun ini Bank Indonesia (BI) mulai turun tangan. Otoritas perbankan ini membuka layanan pengaduan di nomor 085888509797 dan berjanji menindak bank-bank yang masih bandel.

Menurut laporan yang ada di BI, umumnya para nasabah mengadukan SMS KTA dari bank-bank asing, terutama DBS Indonesia dan Standard Chartered Bank.

Para agen-agen kelihatannya mulai keder dengan peringatan BI. Hujan SMS penawaran KTA pun mulai mereda. "Sekarang tidak setiap hari, tapi setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu saja. Jumlahnya tetap sama tiga kali per hari," ujar Kunardi.

Banyak orang mulai bisa bernapas lega untuk sesaat. Tapi untuk bisa menyelesaikan masalah dengan tuntas, David menyarankan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Bank Indonesia, perbankan dan para operator seluler bisa koordinasi. "Perlu ditelusuri bagaimana data pelanggan bisa bocor," saran David.

Di saat teknologi semakin maju, bukan berarti privasi nasabah terganggu. "Konsumen atau nasabah saat ini sudah semakin pintar, jika kami membutuhkan produk bank atau produk lainnya, bisa langsung buka website. Informasi saat ini pun sudah cenderung lengkap dan jelas melalui situs mereka," ujar Andi.

 

Rabu, 09 Maret 2011, 7:27 AM Oleh Dyah Megasari