Menikmati segarnya kopi luwak Priangan
LEMBANG. Mau santai sambil menikmati secangkir kopi ditemani udara sejuk Bumi Priangan?
Ya, di Kota Kembang ini ada tempat yang recommend untuk mencoba kelezatan kopi dengan kualitas oke.
Tentunya bukan kopi biasa, kopi nikmat tersebut bernama Kopi Luwak Cikole, kopi luwak pertama di kawasan Cikole- Lembang, Jawa Barat.
Terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), Kopi Luwak Cikole menjadi salah satu destinasi wisata favorit di kalangan turis, baik lokal maupun mancanegara.
Saat KONTAN mengunjungi tempat ini, Sabtu (28/11), saban hari, tempat ini ramai dikunjungi turis, terutama wisatawan asing yang tertawan nikmatnya kopi luwak.
Hari masih terbilang pagi, jarum jam baru saja menunjukkan pukul 08.00. Namun suasana kafe Kopi Luwak Cikole sudah meriah. Beberapa karyawan tampak sibuk melayani pengunjung.
"Itu semua turis asing, ada yang dari Malaysia dan Belanda," kata Rizki, karyawan Kopi Luwak Cikole kepada KONTAN, pagi itu.
Menikmati secangkir Kopi Luwak Cikole memang mendatangkan pengalaman berbeda.
Ditemani angin dingin yang berhembus di Lembang, menyesap secangkir kopi luwak panas memang menjadi teman melewatkan pagi yang nikmat.
Rasanya yang sedikit asam dengan nuansa aroma cokelat serta pandan, membuat cairan kental tersebut meluncur mulus di tenggorokan.
Di latar belakang, terdengar suara daun bergemerisik dan kicau burung.
Tidak hanya menikmati kopi luwak, pengunjung juga bisa menyaksikan langsung bagaimana kopi luwak dibuat.
Dari pembersihan biji kopi setelah dicerna luwak, hingga pengemasan kopi siap seduh.
Bonus lainnya, pengunjung bisa ikut masuk ke kandang luwak di belakang kafe sederhana, dan melihat aktivitas harian hewan imut pemakan kopi tersebut.
Bagi yang senang foto-foto bisa berpose bersama luwak. Tenang, luwak yang bisa diajak berfoto sudah jinak.
Di rumah produksi Kopi Luwak Cikole, terdapat 100 ekor luwak yang ditangkarkan. Mereka menggunakan sistem tangkar-lepas untuk para luwak, agar mereka tidak stres dan bisa kembali ke alam.
"Kami memang open access, kami persilahkan pengunjung melihat langsung proses produksi kami," kata Sugeng Pujiono,pemilik Kopi Luwak Cikole kepada KONTAN.
Benih Gayo berasa Sunda
Biji kopi luwak di tempat ini semuanya berasal dari Bumi Priangan. Sebagian besar dari daerah Lembang, hanya sebagian kecil didatangkan dari Pengalengan, masih dari daerah Jawa Barat juga.
Kopi luwak di tempat ini, benihnya berasal dari Aceh Gayo. Namun, udara dingin dan gembur Tanah Sunda membuat kopi berjenis Arabika ini terasa berbeda. Apalagi sudah diolah lebih lanjut oleh hewan imut, Luwak Pandan (Paradoxurus hermaphroditus).
Rasanya memang sedikit asam, karena ini memang ciri khas kopi Arabika yang ditanam di daerah ini.
Tapi bukan semata karena jenis Arabika sehingga rasanya asam. Kadar asamnya meningkat karena telah dicerna hewan luwak.
"Kadar asam sitrat di dalam kopi luwak naik, jadi ciri khas kopi luwak memang ada asamnya," kata Sugeng.
Asam sitrat yang tinggi tidak akan meningkatkan asam lambung. "Itu tidak ada hubungannya, jadi aman juga buat lambung manusia," ujar Sugeng.
Menurut Sugeng, ada banyak keistimewaan kopi luwak yang membedakannya dari kopi biasa.
Keunggulan kopi luwak sudah dimulai sejak pemberian biji kopi segar kepada hewan luwak.
Pada tahap ini ada proses seleksi natural oleh luwak terhadap biji kopi yang akan disantapnya.
Di Kopi Luwak Cikole, pemberian biji kopi segar kepada luwak dilakukan setiap seminggu dua kali. Tepatnya setiap hari Senin dan Kamis sore.
Biji kopi ditaruh di wadah tampah, lalu dimasukkan ke dalam kandang luwak.
Setiap ekor luwak mendapat jatah 300 gram biji kopi segar. Biji kopi yang diberikan juga sudah diseleksi; dipilih yang kualitasnya bagus dan warnanya merah yang menandakan biji kopi sudah matang.
Jadwal pemberian biji kopi ini setiap sore. Baru besok paginya, karyawan mengumpulkan biji kopi yang sudah dicerna oleh hewan imut ini.
Nah, dari 300 gram biji kopi tersebut, yang dicerna paling hanya 200 gram.
"Jadi ada sekitar 100 gram atau 1 ons yang tidak dimakan, menurut Luwak itu kurang bagus. Padahal menurut kami semua bagus, karena sudah dipilih yang merah-merah," jelas Sugeng.
Dengan demikian, satu ekor luwak bisa menghasilkan 600 gram kopi luwak per bulan.
Di Kopi Luwak Cikole ada 100 ekor luwak yang dipelihara. Ditambah satu lokasi lain di daerah Pengalengan, yang jumlahnya juga 100 ekor. Jadi total ada 200 ekor luwak.
Nah, 200 ekor luwak ini bisa menghasilkan sekitar 12 kg kopi luwak per bulan.
Selain ada proses seleksi natural oleh luwak, kopi ini juga menjadi istimewa karena telah melalui proses fermentasi yang terjadi dalam jalur pencernaan luwak.
Menurut Sugeng, ada proses enzimatis di sepanjang saluran pencernaan luwak mulai dari mulut hingga anus, terutama di lambung karena memang lambungnya tunggal.
Di dalam lambung luwak, papar Sugeng, terdapat enzim protease yang mengurangi kadar protein di dalam biji kopi, sehingga rasa kopi tidak terlalu pahit.
Proses enzimatis juga mengurangi kadar kafein yang terkandung di dalam biji kopi.
Pada biji kopi biasa, kadar kafeinnya mencapai 3%-4%. Nah, setelah dicerna luwak kadar kafeinnya turun menjadi 0,5% saja.
"Dengan kafein rendah, aman buat lambung dan jantung manusia," jelas Sugeng.
Menurut Sugeng, kafein tinggi meningkatkan tekanan jantung. Itu sebabnya banyak orang susah tidur setelah meminum kopi.
Kafein tinggi juga bisa meningkatkan asam lambung, sehingga kurang baik buat penderita penyakit maag.
Selain bagus buat kesehatan, citarasa kopi luwak juga menjadi istimewa. "Ada keseimbangan rasa pahit, manis, asin dan harum buah pandan," ujar Sugeng.
Karena keistimewaannya itu, Kopi Luwak Cikole kini punya banyak penggemar.
Kemunculan Kopi Luwak Cikole memang cerita baru. Kopi tersebut baru diproduksi tahun 2012. Usianya bisa dibilang baru seumur jagung. Tapi, bukan berarti minim prestasi.
Kopi jenis baru ini menjadi salah satu terfavorit di ajang Kopi Luwak Tribe 2013. Sebuah kejuaraan yang diikuti puluhan pengusaha kopi luwak seantero Indonesia.
Mekanismenya, pengunjung yang datang ke sana disuguhi puluhan cangkir kopi luwak racikan para pengrajin dan memilih mana yang paling mereka senangi.
Sukses di ajang itu bisa dikatakan pencapaian yang membanggakan lantaran Kopi luwak Cikole baru mulai berproduksi pada 2012.
Banyak yang bilang, kopi luwak di tempat ini rasanya ‘pulen’, menurut istilah lokal. Ditambah aromanya yang memikat. Kopi ini tentu bisa jadi alternatif yang menarik.