Asiknya berswa foto di Lembah Panyaweuyan, Majalengka
MAJALENGKA. Banyak wisatawan takjub melihat pemandangan terasiring di Bali. Tapi sistem penanaman padi dengan model undak-undakkan rapi itu tak hanya ada di Bali. Bila Anda ingin menikmati segarnya udara perbukitan sekaligus berswa foto di area terasering cukup mampir ke Lembah Panyaweuyan, di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Pemandangan di Lembah Panyaweuyan tidak kalah cantik dengan terasiring Bali. Bedanya Cuma satu, para petani di Jawa Barat menanami lahannya dengan bawang merah bukan padi.
Lembah dan bukit terasiring bawang merah ini berada di ketinggian 1.000 di atas permukaan laut (DPL).Hijaunya daun bawang merah yang memenuhi lembah tampak asri, capung yang beterbangan menambah kesan eksotik Lembah Panyaweuyan.
Kawasan pertanian bawang merah terasering ini berada di Tejamulya, Argapura, Kabupaten Majalengka. Hanya butuh waktu sekitar 1 jam dari Bandara Kertajati.
Jalan menuju puncak lembah Panyaweuyan cukup memacu adrenalin. Karena, di beberapa tempat jalanan rusak dan permukaan jalannya pun cukup licin. Jalan yang sebagian beraspal dan kebanyakan terdiri dari tanah merah serta batuan itu seringkali berkelok tajam.
Semakin dekat ke lokasi, lebar jalan pun makin menyempit. hanya cukup untuk dilewati satu mobil dan satu motor. Untunglah, rute tersebut dibuat satu arah.
Memang tidak ada penanda memadai untuk menuju destinasi wisata ini. Sebagai penggantinya, warung kopi kecil yang berada tepat di bawah puncak menjadi penanda bila kita sudah sampai di lokasi. Kendaraan dapat diparkir tepat di samping warung kopi tersebut. Demi keamanan, pengelola tempat mengenakan biaya parkir Rp 5.000 per satu mobil.
Bila ingin sampai puncak, setiap pengunjung harus jalan kaki sekitar 10-15 menit. Sebelumnya, jangan lupa untuk membayar tiket masuk Rp 5.000 per orang untuk perjalanan ke atas.
Sore Senin (18/2) tim Jelajah Ekonomi KONTAN (JEK) menyambangi lokasi tersebut. Tiga anggota JEK menjajal naik ke puncak lembah.
AJIB !!! pemandangan dari puncak sungguh indah. Sejauh mata memandang yang terlihat adalah warna hijau hamparan pertanian bawang. Terlihat pula para petani yang sibuk memanen bawang merah. Embusan semilir angin membuat suasana terasa makin damai.
Sayang, tim JEK tidak bisa menikmati senja, karena kabut mulai turun, menyelimuti lembah Panyaweuyan sejak pukul 17.00 WIB.
Sekadar info, waktu terbaik untuk berkunjung adalah saat masa tanam yakni di bulan April dan November.
Siap berbenah untuk naikkan jumlah wisatawan
Lembah Panyaweuyan mulai naik daun pada tahun 2013, pasca banyak pelancong yang memposting foto indahnya pemandangan dari puncak lembah di media sosialnya.
Enam tahun berlalu, terasering bawang merah ini semakin tenar. Atang, Ketua Pemuda Tejamulya sekaligus Ketua Pengelola mengaku rata-rata pengunjung mencapai 700 orang per harinya.
Sebagian dari pengunjung berasal dari luar kota dan luar negeri. Laki-laki berusia 54 tahun ini menambahkan bila sebagian besar pengunjungnya membawa kendaraan pribadi.
Maklum saja, lokasi Lembah Panyaweuyan cukup strategis karena tidak jauh dari tol Cipali. Hanya butuh waktu sekitar 1 jam dari exit tol Kertajati.
Dibukanya tol trans Jawa seolah membawa angin segar untuk pengelola kawasan. Atang menilai bakal ada lonjakan jumlah pengunjung, sayang dia enggan menyebutkan prediksi persentasenya.
Lembah Panyaweuyan cukup strategis karena tidak jauh dari tol Cipali. Hanya butuh waktu sekitar 1 jam dari exit tol Kertajati.
Tidak hanya mengandalkan infrastruktur jalan, pengelola juga giat membenahi lokasi untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Misalnya, dengan membuat spot foto yang instagramable.
Ke depan, pengelola didukung oleh pemerintah daerah Kabupaten Majalengka merencanakan untuk melakukan pengembangan kawasan dengan pelebaran jalan dan membangun gerbang masuk kawasan wisata.
Sayangnya belum diketahui kapan rencana pembangunan tersebut bakal mulai dilakukan. "Saat ini masih diproses di pemerintahan," jelasnya.
Sekadar info, destinasi wisata Lembah Panyaweuyan ini dikelola oleh kelompok pemuda Desa Tejamulya, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka.
Atang mengaku dibukanya lokasi wisata ini telah berhasil mengurangi tingkat pengangguran serta meningkatkan kualitas ekonomi warga desa.
Maklum saja, sebagian besar warga desa Tejamulya berprofesi sebagai petani bawang merah dengan tingkat kehidupan pas-pasan. Banyak anak yang putus sekolah akibat tidak mempunyai biaya.