Emas perhiasan atau batangan?

Emas perhiasan atau batangan

JAKARTA. Pada suatu hari Minggu pagi di pusat pertokoan emas Melawai Plaza Jakarta, orang-orang pun sudah mulai banyak berdatangan. Sejumlah toko perhiasan tampak mulai sibuk melayani pelanggan. Beberapa toko lain masih mengatur dan menata emas perhiasan untuk bisa semakin menarik pembeli.

Pada kesempatan itu, KONTAN berkunjung ke toko Melawai "99 yang terletak di lantai dasar. Saat itu Herman sang pemilik toko tengah melayani seorang pelanggannya. Sesaat setelah pelanggannya pergi, Herman menyapa KONTAN dengan ramah. "Bisa saya bantu?" tanyanya.

Herman pun bercerita bisnis perhiasan emas di tokonya berjalan stabil di sepanjang 2010, meski harga emas terus merangkak naik. Asal tahu saja, sepanjang tahun ini, harga perhiasan emas di Melawai "99 sudah melonjak hingga 20%. Kendati begitu, "Bisnis kami tetap berjalan seperti biasa. Tidak ada penurunan," tuturnya dengan mantap.

"Produksi perhiasan di Indonesia dalam beberapa tahun ke belakang sempat mencapai 80 ton. Namun, di 2009, tingkat produksinya hanya tinggal 43 ton saja".

Menurut Herman, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi hal itu. Pertama, mayoritas konsumennya adalah kaum wanita yang berasal dari kalangan menengah atas sehingga tidak terpengaruh terhadap fluktuasi harga. Kedua, perhiasan sudah menjadi kebutuhan di masyarakat dalam hal fashion sehingga memiliki tren tersendiri dan masih diburu.

Hal senada diungkapkan oleh Ardi, salah seorang staf di Toko Emas Monaco yang terletak di lantai I Melawai Plaza. Ardi menjelaskan, penjualan perhiasan emas di toko tempatnya bekerja terbilang stabil meski harga emas naik sepanjang tahun ini. "Kondisinya sama saja dengan tahun-tahun lalu," ungkapnya singkat.

Tapi, tidak semua pedagang emas di Melawai Plaza mendapati bisnisnya berjalan lancar. Lili dari Bonwit Jewelry mengaku, tingkat penjualan perhiasan emas di tokonya melorot tajam di tahun 2010. "Penurunannya mencapai 30% loh, mbak," keluhnya. Lili mensinyalir, kenaikan harga emas yang cukup tinggi menjadi penyebab utamanya.

Catatan saja, harga emas sempat menyentuh rekor di posisi US$ 1.431,25 per troy ounce pada 7 Desember lalu. Dan sepanjang tahun ini, harga emas sudah mengalami kenaikan sebesar 26% akibat krisis utang Eropa dan rendahnya suku bunga AS.

Akibatnya, harga emas di negeri ini pun ikut melompat. Menurut data Logam Mulia, di awal tahun ini harga emas hanya Rp 350 ribu per gram, tapi di akhir tahun sudah mencapai Rp 414 ribu per gramnya

Emas batangan tengah menjadi tren

Tapi ternyata penurunan penjualan perhiasan juga bisa diimbangi dengan kenaikan penjualan emas batangan. Lili mengaku, sejak setahun terakhir permintaan emas batangan naik sekitar 10%. Bonwit Jewelry memang menawarkan produk emas batangan yang diproduksi oleh PT Logam Mulia, Aneka Tambang (Antam). Dia menjelaskan, produk emas batangan Logam Mulia memiliki sertifikat dan dijamin keasliannya.

Herman juga mengakui tren ini. Di tokonya, permintaan emas batangan melonjak hingga 20% lebih ketimbang tahun lalu. Jika di 2009 Herman hanya menjual sebanyak 330 gram emas batangan segala ukuran, menjelang akhir tahun ini, tokonya sudah berhasil melepas 400 gram ke pasar. "Sepertinya tren investasi emas saat ini sudah mulai beralih ke batangan," jelasnya.

Menurut Herman, investasi emas perhiasan dan batangan memiliki keuntungan masing-masing. Untuk perhiasan emas misalnya, investor bisa mendapatkan dua keuntungan sekaligus yakni bisa dikenakan sebagai perhiasan untuk bisa bergaya serta alat investasi. Kerugiannya, "Harga perhiasan emas dikenakan ongkos pembuatan," jelas Herman. Adapun ongkos pembuatan perhiasan mencapai Rp 30.000 hingga Rp 50.000 per gram.

Beda halnya dengan emas batangan. Harga emas jenis ini tidak dikenai ongkos pembuatan sehingga harganya menjadi lebih murah. Alhasil, investor hanya bisa menyimpannya saja. "Penyimpanan ini yang sering menjadi masalah. Banyak yang khawatir menyimpan emas batangan di rumah, terlalu rentan," imbuh Herman.

Sementara itu, Ibrahim, Analis Askap Futures menambahkan, prospek investasi emas baik perhiasan maupun batangan sama cerahnya. "Meski terkena biaya pembuatan yang cukup besar, namun, prospek perhiasan dalam satu hingga lima tahun ke depan akan terlihat sekali keuntungannya," jelasnya. Pasalnya, dalam kurun waktu setahun, harga emas bisa melonjak mulai 20% hingga 30%.

Tapi Ibrahim pun menambahkan, jika tujuan kepemilikan murni investasi, pemilikan emas perhiasan tidak direkomendasikan. Sebab, harga pembeliannya termasuk biaya pembuatan tadi. "Pada saat menjualnya nanti, toko emas hanya mau membayar harga emasnya saja," jelasnya.

Di luar kelebihan dan kekurangan perhiasan emas dan emas batangan itu tadi, Herman dan Ardi optimistis bisnis penjualan emas tahun depan bakal tetap kinclong. "Kami melihat pertumbuhan harga emas dari tahun ke tahun. Rata-rata harga emas bisa naik 10% hingga 20% per tahunnya," jelas Ardi. Dia menambahkan, kalaupun tidak naik, harga emas tidak akan merosot terlalu tajam.

Senada dengan mereka, Herman juga optimistis dengan kondisi emas tahun depan. "Lebih menguntungkan dan sangat aman dari fluktuasi harga," ungkapnya.

Hadir dengan ukuran mini

Adanya peralihan tren investasi emas di masyarakat dari perhiasan ke emas batangan diakui oleh Martana S Marjana, Marketing Manager PT Antam Tbk Logam Mulia Refinery Business Unit. Menurutnya, penurunan permintaan perhiasan sudah terjadi sejak awal 2009. Berdasarkan data Gold Field Mineral Survey (GFMS), tingkat produksi perhiasan di Indonesia dalam beberapa tahun ke belakang sempat mencapai 80 ton. Namun, di 2009, tingkat produksinya hanya tinggal 43 ton saja. "Data itu juga menandakan, ada penurunan permintaan perhiasan di Indonesia," jelas Martana kepada KONTAN.

Logam Mulia sendiri sebenarnya sudah meluncurkan produk perhiasan berupa cincin pada 2009 lalu. Namun rupanya, antusiasme masyarakat sangat rendah. "Apalagi ada kendala di mana desain yang ditawarkan juga terbatas," jelasnya. Nah, menurut Martana, saat ini, masyarakat mencari pilihan investasi yang jauh lebih murah. "Pilihannya jatuh pada emas batangan karena tidak dikenakan biaya pembuatan," jelasnya.

Untuk mendongkrak penjualan, pihak Logam Mulia mulai melakukan penambahan produk dilihat dari ukurannya. Jika dulu produk emas batangan yang ditawarkan hanya mulai dari 100 gram (gr), kini, masyarakat yang mempunyai dana terbatas bisa berinvestasi dengan membeli ukuran emas batangan yang lebih mini. Saat ini, Logam Mulia sudah menawarkan beragam emas batangan mulai dari ukuran 1 gr, 2 gr, 2,5 gr, 3 gr, 5 gr, 10 gr, 25 gr, 50 gr, 100 gr, dan 250 gr.

Menurut Martana, produk yang paling tinggi permintaannya adalah emas batangan 100 gr. Baru kemudian disusul oleh emas batangan 10 gr dan 5 gr. "Sambutan masyarakat untuk produk emas batangan ukuran mini cukup baik," jelasnya.

Jadi sepertinya pilihan emas perhiasan atau batangan tergantung tujuan investasi Anda. Mau berinvestasi sambil bergaya atau berinvestasi saja?