Saatnya mencuri start di jalan lingkar Kota Hujan

Lima menit dari stasiun Bogor. Delapan menit dari exit tol Bogor. Bunyi iklan perumahan itu terpampang di pinggir tol Jagorawi. Banyak spanduk bernada serupa terpampang di berbagai tempat strategis di Kotamadya dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Tawaran aksesibilitas ini beragam. Ada yang menawarkan kemudahan akses menuju ke stasiun kereta api. Ada pula yang menawarkan akses yang gampang menuju jalan tol Jagorawi yang menghubungkan Bogor dengan kawasan sekitar seperti Jakarta, Bekasi dan Tangerang.

"Meski baru sebatas rencana, pengembang properti sudah merapat di sekitar lahan jalan lingkar Bogor. Nilai properti bakal melambung bila proyek jalan terbentuk. Kesempatan mencuri start."

Yang terbaru, para pengembang juga menawarkan aksesibilitas dengan Bogor Ring Road dan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi). Padahal, sejatinya, pembangunan jalan lingkar Bogor dan ruas tol Bocimi belum terealisasi.

Pembangunan Bogor Ring Road akan bermula tahun depan hingga 2014 mendatang. Untuk tahap pertama, Pemerintah Kota Bogor akan mengerjakan ruas ketiga yang menghubungkan Villa Duta dengan Wangun, Tajur. Pembebasan lahan sudah mulai dilakukan tahun ini. Nantinya, ruas ini juga akan tersambung dengan tol Bocimi.

Sementara, proyek tol Bocimi masih gelap. Pembebasan lahan masih belum tuntas hingga akhir tahun ini. Ketua Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Kota Bogor Bambang Gunawan mengaku belum selesai memeriksa dokumen tanah dan bangunan milik warga. Kapan akan selesai, Bambang tak bisa memastikan. "Pokoknya sebelum pengerjaan fisik," katanya.

Namun, jauh-jauh hari pengembang sudah mencuri start duluan. Banyak pengembang sudah menggarap proyek perumahan di sekitar jalan lingkar Bogor itu. Sebut saja proyek anak usaha Bakrie, PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) di kawasan Dreded, Bogor.

Lalu, ada proyek Bukit Cimanggu City garapan PT Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA) di Bogor Utara. Selain itu ada juga proyek Ciomas Hill, besutan anak usaha PT Wijaya Karya di Ciomas.

Bukan pengembang besar. Selain itu ada juga pengembang skala kecil seperti PT Mercu Dinamika, yang menawarkan proyek Vila Tajur di kawasan Wangun, Tajur.

Mendongkrak harga

Bila rencana itu terwujud, harga tanah dan bangunan bakal melambung. Sebab, kata Direktur PT Sentul City Tbk (BKSL) Andrian Budi Utama, kehadiran infrastruktur jalan itu akan menumbuhkan kawasan perekonomian baru di sekitar proyek tersebut. "Dengan membaiknya perekonomian, permintaan akan meningkat sehingga harga juga turut naik," tandasnya.

Salah satu contohnya adalah adanya koneksi antara Jalan Sholeh Iskandar dengan tol Sentul Selatan. Kawasan yang dulunya disebut Jalan Tanah Baru tersebut kini menjadi pusat perniagaan baru. Di samping kiri-kanannya sudah berjejer rumah toko alias ruko. Di lokasi tersebut juga terdapat dua supermarket Giant dan Yogya.

Menurut agen Win Era Property Wiliyanto MS, harga tanah dan ruko di kawasan tersebut sudah melenting sekitar 20% hingga 30% dibandingkan sebelumnya adanya akses tersebut. Harga tanah yang tadinya berkisar sekitar Rp 1,5 juta per meter persegi, menurut Williyanto, sekarang sudah melonjak dua kali lipat menjadi Rp 3 juta hingga Rp 5 juta.

Lonjakan harga tanah otomatis menyeret harga ruko. Bila tadinya satu unit ruko hanya berkisar Rp 800 juta – Rp 900 juta, menurut Wiliyanto, kini sudah terbang menjadi Rp 1,3 miliar hingga Rp 1,7 miliar.

Wiliyanto optimis investasi properti di Bogor menjanjikan. Dia memprediksi harga tanah dan bangunan masih bisa terbang 10% hingga 15% per tahun.

Begitu juga dengan perkiraan Kepala Riset Jones Lang Lasalle Anton Sitorus. Kendati harga properti di Bogor semakin mahal, dia bilang harganya masih terbilang wajar. "Bogor masih bisa berkembang. Disana ada beberapa daerah yang masih under development," katanya.